Mengumpulkan dan Menganalisis Informasi Diagnostik
Metode
pengumpulan data
Metode
|
Kelebihan Utama
|
Potensi Masalah Utama
|
Kuesioner
|
1.
Respon bisa di ukur dan mudah dirangkum
2.
Mudah digunakan pada sampel besar
3.
Relatif tidak mahal
4.
bisa mendapatkan banyak data
|
1.
Tidak ada empati
2.
Pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya, sehingga tidak dapat menggali
lebih dalam data yang diperlukan.
3.
Interpretasi data yang berlebihan
4.
Respon bias
|
Interview
|
1.
Adaptif – memungkinkan pengumpulan data pada berbagai topik
2.
Sumber yang kaya akan data
3.
Empati
4.
Proses interview bisa membangun hubungan
|
1.
Biaya
2.
Bias pada respon interviewer
3.
Pengkodean dan interpretasi sulit
4.
Bias self-report
|
Observasi
|
1.
Pengumpulan data pada perilaku, bukan pada laporan perilaku
2.
Real time, tidak retrospektif
3.Adaptif
|
1.
Pengkodean dan interpretasi sulit
2.
Ketidakkonsistennya sampel
3.
Observer bias dan keandalan dipertanyakan
4.
Biaya
|
Unobtrusive
measures
|
1.
Tidak reaktif – tidak ada respon bias
2.
Face validitas tinggi
3.
Mudah diukur
|
1.
Sulit mengakses dan mengambil data
2.
Pengkodean dan interpretasi sulit
3.
Masalah validitas
|
Tidak ada 1
metode pun yang bisa sepenuhnya mengukur variabel yang penting untuk OD karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahannya. Contohnya self repot bias
pada kuesioner, responden cenderung memberikan jawaban yang diinginkan sosial,
daripada opini yang jujur. Observer bias, hanya melihat apa yang mau dilihat,
dari pada yang sebenarnya terjadi. Oleh
karena itu, harus menggabungkan 2 metode atau lebih dalam pengumpulan data,
jika terjadi kekonsistensian data pada 2 metode yang digunakan, maka data
tersebut bisa dikatakan valid, sedangkan jika tidak terjadi kekonsistensian
data, maka harus diuji kembali.
1.
Kuesioner
Kuesioner bervariasi, ada yang
mengukur aspek tertentu dalam sebuah organisasi, ataupun mengukur secara
keseluruhan karakteristik sebuah organisasi. Oleh karena itu, kuesioner ada
yang sudah terstandarisasi, dan ada yang disesuaikan dengan organisasinya. Kuesioner
yang sudah terstandarisasi contohnya, Hackman and Oldham Job Diagnostic Survey, Cameron and Quinn Organizational Culture Assessment Instrument, dsb. Kuesioner yang
disesuaikan dengan keinginan klien biasanya dibuat oleh konsultan ataupun anggota
organisasi.
2.
Interview
Paling
sering digunakan dalam mengumpulkan data dalam OD. Dengan interview,
interviewer menanyakan kepada responden secara langsung, sehingga proses
probing . menggali lebih lanjut bsia terjadi.
Interview terstruktur biasanya berasal dari model konseptual dari fungsi
organisasi. Interview tidak terstruktur bersifat lebih umum dan termasuk
pertanyaan yang luas tentang fungsi organisasi. Biasanya interview dilakukan
one-on-one antara praktisi OD dan karyawan, tetapi bisa juga dilakukan per
grup, yang bisa mempersingkat waktu dan memungkinkan orang untuk membangun
respon lainnya. Tetapi terdapat kekurangan, dimana akan menghambat beberapa
orang untuk merespon secara bebas.
3.
Observasi
Observasi
merupakan cara langsung untuk mengumpulkan data dengan mengobserve perilaku
organisasi dalam setting fungsionalnya. Observasi memiliki keunggulan, dimana
praktisi secara langsung berhadapan dengan perilaku yang mau dilihat, tanpa
harus bergantung pada persepsi orang lain. Observasi juga melibatkan real time
data, yang mendeskribsikan perilaku yang terjadi saat ini juga, bukan masa
lalu, sehingga tidak terjadi distorsi saat karyawan disuruh untuk mengingat
perilakunya. Observasi juga adaptif, dimana konsultan bisa memilih apa yang ingin
mereka observasi, tergantung situasi.
Observasi
memiliki kesulitan pada penginterpretasian datanya, sehingga membutuhkan waktu
yang lama. Waktu yang lama juga mengakibatkan biaya yang besar. Karena observer
adalah instrumen pengambilan data, maka personal bias dan subjektivitas bisa
terjadi. Masalahnya juga terdapat pada sampling, bukan hanya menentukan siapa
yang harus diobservasi, tetapi tempat, waktu dan kejadian juga.
4.
Unobtrusive Measures
Data
yang diperoleh tidak secara langsung didapat dari subjek, tetapi dari sumber
sekunder, seperti catatan perusahaan dan arsip. Termasuk catatan absensi,
keterlambatan, keluhan, kuantitas dan kualitas produk atau servis, performa
finansial, dan korespondensi terhadap customer kunci, supplier, maupun agensi pemerintah.
Unobtrusive
measures menyediakan pandangan yang objektif dari fungsi organisasi. Bebas dari
responden dan konsultan bias. Tetapi unobtrusive measures cenderung diukur dan
dilaporkan pada periode interval tertentu. Dan membutuhkan analisis statistik
pada perilaku yang terjadi.
Permasalahan
terjadi saat mengumpulkan informasi dan membuat kesimpulan dari informasi
tersebut. Catatan perusahaan tidak melibatkan data yang bisa digunakan oleh
konsultan, contohnya ketikan data performa individual diminta, catatan
perusahan hanya menyediakan data mengenai produktifitas grup ataupun level
departemen.
Sampling
Sampling
menjadi issue dalam OD, ketika data dikumpulkan dari anggota yang terpilih,
perilaku, atau catatan. Ini sering terjadi ketika mendiagnosa issue tingkat
organisasi atau sistem yang besar. Dalam masalah ini, penting untuk mengetahui
sampel yang diperoleh bisa atau tidaknya mewakili karakteristik dari
keseluruhan popilasi. Praktisi OD sering merasa lebih ekonomis dan lebih cepat
untuk mengumpulkan sampel data diagnosa dari pada mengumpulkan semua informasi.
Ada
beberapa issue yang akan dihadapi, yang pertama adalah ukuran sampel, berapa
banyak orang, kejadian, atau catatan yang dibutuhkan untuk mendiagnosa atau
evaluasi. Semakin besarnya sebuah organisasi dan semakin kompleks sistemnya,
semakin sulit menentukan ukuran sampel yang benar. Yang kedua pemilihan sampel,
pendekatan yang paling umum untuk mendiacnostik data dalam OD adalah random
sampling, dimana setiap orang mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih.
Pada populasi yang kompleks atau terdiri dari banyak subgrup, p[endekatan yang
digunakan adalah stratified sampel.
Teknik Analisis Data
Kualitatif lebih mudah di gunakan karena
bukan data numerik, tetapi lebih mudah terjadinya subjektif bias, walaupun
lebih mudah di mengerti dan di interpretasikan. Kuantitatif lebih akurat karena
menggunakan data numerik.
1.
Alat Kualitatif
-
Analisis
konten
Teknik yang populer
untuk interview. Konten analisis merangkum dari berbagai pendapat menjadi
beberapa tema yang bisa mewakili issue atau attitude grup responden. Prosesnya,
Pertama, respon pada pertanyaan tertentu dibaca untuk mencari kemiripannya.
Kedua, tema dihasilkan dengan menangkap kemiripan-kemiripan komentar
sebelumnya. Ketiga, jawaban responden dimasukkan dalam kategori-kategori yang
sesuai, kategori yang paling banyak responnya menunjukkan bahwa tema tersebut
adalah yang paling sering di singgung.
-
Analisis
force-field
Berasal dari 3
tahap model perubahan Kurt Lewin. Metode ini mengatur informasi yang berkaitan
dengan perubahan organisasi menjadi 2 kategori utama. Kekuatan untuk berubah
dan kekuatan untuk tidak berubah. Tahap pertama, melakukan analisis siapa saja
yang setuju untuk berubah dan siapa saja yang menolak untuk berubah. Kemudian
dibandingkan mana dari 2 kelompok tersebut yang lebih kuat.
2. Alat Kuantitatif
-
Mean,
standar deviasi, dan frekuensi distribusi
Mean dan standar
deviasi pada ssetiap item atau variable yang diukur. Mean menunjukkan rata-rata
skor responden, dan standar deviasi menunjukkan variasi dari respon. Mean hanya
menunjukkan rata-rata nilai dan tidak menyediakan informasi pada distribusi
respon. Pola distribusi respon yang berbeda bisa menghasilkan nilai skor mean
yang sama. Jadi harus menggunakan standar deviasi dan frekuensi distribusi
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari data.
-
Scattergrams
dan koefisien korelasi
Untuk mengukur
kekuatan di antara 2 variabel. Scattergram adalah diagram yang secara visual
memperlihatkan hubungan antara 2 variabel. Ada 3 pola dasar yang bisa dilihat
dari scattergram. Pertama, hubungan yang positif jika gambar seperti garis
miring (/). Kedua, hubungan negatif jika gambar seperti garis miring terbalik
(\). Ketiga, pola shotgun, yang menunjukkan tidak adanya hubungan di atara 2
variabel. Koefisien korelasi adalah angka yang menyimpulkan data scattergram.
Nilainya dari rentang +1 sampai -1, dimana +1, menunjukkan hubungan sempurna
yang positif antara 2 variabel, sebaliknya -1 menunjukkan hubungan sempurna
yang negatif antara 2 variabel. Sedangkan 0 menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antar 2 variabel (shotgun).
-
Uji
beda (t-test)
Bisa digunakan
untuk membandingkan sampel grup dengan standar atau norma untuk menentukan
apakah grup berada diatas atau dibawah standar tersebut. Bisa juga digunakan
untuk menentukan apakah 2 sampel secara signifikan berbeda.
Memberikan Umpan Balik pada
Informasi Diagnostik
Menentukan konten dari feedback
Karakteristik data feedback yang efektif
:
1. Relevan = anggota organisasi
menggunakan data feedback untuk menyelesaikan masalah, ketika mereka menemukan
informasi yang berarti.
2. Understandable = data harus disajikan
kepada anggota organisasi dalam bentuk yang mudah dimengerti.
3. Descriptive = data feedback butuh di
hubungkan dengan perilaku organisasi yang nyata jika mereka mau membangkikan
energi.
4. Verifiable = data feedback seharusnya
valid dan akurat jika mereka ingin membimbing aksi.
5. Timely = data harus sesegera mungkin
di feedback ke anggota setelah dikumpulkan dan dianalisis.
6. Limited = karena orang bisa menjadi
overloaded dengan banyaknya informasi, jadi data feedback seharusnya dibatasi
pada apa yang bisa karyawan realisasikan pada suatu waktu.
7. Significant = feedback seharusnya
dibatasi pada permasalahan yang anggota organisasi bisa lakukan karena itu akan
memberikan energi pada mereka dan membantu mengarahkan usaha mereka pada
perubahan yang realistik.
8. Comparative = data feedback bisa
menjadi ambigu tanpa adanya patokan sebagai pembandingnya.
9. Unfinalized = feedback terutama
menjadi stimulus untuk aksi sehingga harus memacu diagnosis selanjutnya dan
pemecahan masalah.
Karakteristik dari Proses Feedback
Karena
data feedback mungkin mengandung sensitif material dan evaluasi tentang
perilaku anggota organisasi, orang-orang datang ke pertemuannya dengan perasaan
cukup cemas dan takut menerima feeedback. Kecemasan ini bisa mengakibatkan
perilaku defensif terhadap penolakan pada informasi. Jadi praktisi OD harus
bisa mengatur proses feedback agar menjadi diskusi yang membangun dan pemecahan
masalah terjadi. Hal yang paling penting dalam proses feedback adalah
memastikan anggota organisasi memiliki data feedback.
5
fitur yang memfasilitasi keberhasilan proses feedback :
1. Motivasi untuk bekerja dengan data =
orang-orang harus merasa bekerja bersama dengan data feedback bisa memberikan
hasil yang bermanfaat.
2. Struktur untuk pertemuan = pertemuan
feedback membutuhkan semacam struktur, atau mereka akan merosot ke dalam
kekacauan atau diskusi yang tidak ada tujuan.mungkin sebuah agenda atau outline
dan kehadiran pemimpin diskusi biasanya bisa membantu proses feedback.
3. Kehadiran yang tepat = biasanya,
orang-orang yang mempunyai masalah umum dan bisa mendapat manfaat dari berkerja
sama seharusnya termasuk dalam pertemuan feedback.
4. Kekuatan yang tepat = penting untuk
memastikan kekuatan dimiliki oleh grup. Anggota butuh mengetahui issue yang
mana yang mereka bisa membuat perubahan yang diperlukan, yang mana mereka hanya
bisa menyarankan perubahan, dan yang mana mereka tidak punya kontrol.
5. Proses membantu = orang-orang dalam
pertemuan feedback membutuhkan bantuan dalam bekerja sama sebagai grup. Ketika
datanya adalah negatif, ada kecenderungan natural untuk menolak implikasi,
membelokkan pembicaraan ke materi yang lebih aman, dsb. Praktisi OD dengan
skill proses grup bisa membantu anggota untuk tetap pada materi dan
meningkatkan diskusi feedback, pemecahan masalah dan kepemilikan.
Survey Feedback
Adalah
proses untuk mengumpulkan data feedback untuk mengevaluasi dari organisasi atau
departemen melalui kuesioner atau survey. Data di analisis, umpan balik kepada anggota
organisasi, dan digunakan oleh mereka untuk mendiagnosa organisasi dan
mengembangkan intervensi untuk meningkatkannya.
5
tahap pada survey feedback :
1. Anggota organisasi termasuk mereka
yang diatas, terlibat dalam perencanaan awal dari survei = dalam tahap ini
semua bagian harus mengetahui dengan jelas tentang tingkat analisis dan
objektivitas dari survey.
2. Instrumen survey di administrasikan
kepada seluruh anggota organisasi atau departemen = pengumpulan data yang luas
adalah ideal, tetapi mungkin lebih tepat bila di admnistrasikan ke sampel
anggota saja karena masalah biaya dan waktu
3. Konsultan OD biasanya menganalisa
data, mentabulasikan hasil, menyarankan pendekatan untuk mendiagnosa, melatih
anggota klien untuk membimbing proses feedback
4. Data feedback biasanya mulai dari
yang paling atas di organisasi dan mengalir kebawah ke grup pelapor ke grup
menejer berturut-turut ketingkat yang lebih rendah = pendekatan aitu terjun
inimemastikan bahwa semua grup di semua tingkat organisasi terlibat dalam
survey menerima feedback yang tepat.
5. Pertemuan feedback memberikan kesempatan
untuk bekerja dengan data = dalam setiap pertemuan, anggota mendiskusikan dan
menginterpretasikan data mereka, mendiagnosa area permasalahan, dan
mengembangkan rencana aksi.
Keterbatasan
dari Survey Feedback
1. Tujuan yang ambigu = maneger dan grup
staff bertanggung jawab untuk proses feedback yang mengalami kesulitan mencapai
konsensus yang memadai tentang tujuan dari survey, kontennya, dan bagaimana itu
di umpan balikkan ke partisipan.
2. Ketidakpercayaan = tingkat
ketidakpercayaan yang tinggi bisa menyebabkan survey feedback menjadi tidak
efektif. Karyawan butuh percaya bahwa responnya akan tetap anonimus dan
manajemen serius untuk membagikan data dan memecahkan masalah bersama.
3. Topik yang tidak bisa diterima = banyak
organisasi memiliki topik tertentu yang mereka tidak mau di bahas. Ini bisa
membatasi ruang lingkup proses survey, khususnya bila topik yang tidak mau
dibahas itu penting bagi karyawan.
4. Gangguan organisasional = proses
survey feedback bisa saja terlalu mengganggu fungsi organisasi. Pengumpulan
data dan feedback biasanya melanggar waktu kerja karyawan.
sumber : Cummings, Thomas G. dan Worley, Christopher G. International Student Edition. "Organization Development & Change".
sumber : Cummings, Thomas G. dan Worley, Christopher G. International Student Edition. "Organization Development & Change".